Jumat, 27 Februari 2015

Cara Nabi Muhammad Menghitung Dzikirnya Dan Tidak Ada Larangan Berdzikir Dengan Tasbih


Dibahas Ulang oleh:
As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-
Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang
Darussalam)
Banyak sebagian kaum muslimin setelah
shalat fardhu' mereka berdzikir dengan
kedua tangannya (tangan kanan dan
tangan kiri) atau berdzikir dengan
menggunakan tasbih (biji-bijian) yang
merupakan suatu perkara baru (bid'ah) di
dalam agama, padahal dahulu Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam bertasbih
dengan jari kanannya. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh 'Abdullah bin 'Umar
radhiyallaahu ta'ala 'anhuma, dia berkata,
ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﻳَﻌْﻘِﺪُ ﺍﻟﺘَّﺴْﺒِﻴْﺢَ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻪِ
"Saya melihat Rasulullah bertasbih
(berdzikir) dengan (jari-jari) tangan
kanannya."(HR. Abu Dawud, II/81, at-
Tirmidzi, V/521, Shahiihul Jami', IV/271,
no. 4865)
Penjelasan:
Dalam hadits ini disyari'atkannya bertasbih
(berdzikir) dengan jari jemari. Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam
menerangkan alasannya, antara lain dalam
riwayat yang menyebutkan bahwa jari
jemari itu akan ditanya dan akan berbicara
sebagai saksi bahwa mereka mengetahui
hal itu.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda,"Hitunglah (dzikir) itu dengan
ruas-ruas jari karena sesungguhnya (ruas-
ruas jari) itu akan ditanya dan akan
dijadikan dapat berbicara (pada hari
Kiamat)." (HR. Abu Dawud, no. 1345)
[Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan at-
Tirmidzi]
Dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuknya Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wa sallam.
TIDAK ADA LARANGAN BERDZIKIR DENGAN
MENGGUNAKAN TASBIH, KERIKIL, DAN
LAIN-LAIN.
Sering yang kita dengar dari golongan
muslimin diantaranya dari madzhab
Wahabi/Salafi dan pengikutnya yang
melarang orang
menggunakan Tasbih waktu berdzikir.
Sudah tentu sebagaimana kebiasaan
golongan ini alasan mereka melarang dan
sampai-sampai berani membid’ahkan
sesat karena menurut paham mereka
bahwa Rasulallah saw. para sahabat tidak
ada yang menggunakan tasbih waktu
berdzikir !
‘Tasbih’ atau yang dalam bahasa Arab
disebut dengan nama ‘ Subhah’ adalah
butiran-butiran yang dirangkai untuk
menghitung jumlah banyaknya dzikir yang
diucapkan oleh seseorang, dengan lidah
atau dengan hati. Dalam bahasa Sanskerta
kuno, tasbih disebut dengan
nama Jibmala yang berarti hitungan dzikir.
Orang berbeda pendapat mengenai asal-
usul penggunaan tasbih. Ada yang
mengatakan bahwa tasbih berasal dari
orang Arab, tetapi ada pula yang
mengatakan bahwa tasbih berasal dari
India yaitu dari kebiasaan orang-orang
Hindu. Ada pula orang yang mengatakan
bahwa pada mulanya kebiasaan memakai
tasbih dilakukan oleh kaum Brahmana di
India. Setelah Budhisme lahir, para biksu
Budha menggunakan tasbih menurut
hitungan Wisnuisme, yaitu 108 butir. Ketika
Budhisme menyebar keberbagai negeri,
para rahib Nasrani juga menggunakan
tasbih, meniru biksu-biksu Budha.
Semuanya ini terjadi pada zaman sebelum
islam.
Kemudian datanglah Islam, suatu agama
yang memerintahkan para pemeluk nya
untuk berdzikir (ingat) juga kepada Allah
swt. sebagai salah satu bentuk
peribadatan untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt.. Perintah dzikir bersifat
umum, tanpa pembatasan jumlah tertentu
dan tidak terikat juga oleh keadaan-
keadaan tertentu. Banyak sekali firman
Allah swt. dalam Al-Qur’an agar orang
banyak berdzikir dalam setiap keadaan
atau situasi, umpama berdzikir sambil
berdiri, duduk, berbaring dan lain
sebagainya.
Sehubungan dengan itu terdapat banyak
hadits yang menganjurkan jumlah dan
waktu berdzikir, misalnya seusai sholat
fardhu yaitu tiga puluh tiga kali dengan
ucapan Subhanallah , tiga puluh tiga
kali Alhamdulillah dan tiga puluh tiga
kali Allahu Akbar, kemudian dilengkapi
menjadi seratus dengan ucapan kalimat
tauhid ‘Laa ilaaha illallahu wahdahu….’ .
Kecuali itu terdapat pula hadits-hadits lain
yang menerangkan keutamaan berbagai
ucapan dzikir bila disebut sepuluh atau
seratus kali. Dengan adanya hadits-hadits
yang menetapkan jumlah dzikir seperti itu
maka dengan sendirinya orang yang
berdzikir perlu mengetahui jumlahnya yang
pasti.
A. Hadits-hadits yang berkaitan dengan
cara menghitung dzikir
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Al-Hakim
berasal dari Ibnu Umar ra. yang
mengatakan:
“Rasulallah saw. menghitung dzikirnya
dengan jari-jari dan menyarankan para
sahabatnya supaya mengikuti cara beliau
saw.”.
Para Imam ahli hadits tersebut juga
meriwayatkan sebuah hadits berasal
dari Bisrah , seorang wanita dari kaum
Muhajirin, yang mengatakan bahwa
Rasulallah saw. pernah berkata:
“Hendaklah kalian senantiasa bertasbih
( berdzikir) , bertahlil dan bertaqdis (yakni
berdzikir dengan menyebut ke–Esa-an dan
ke-Suci-an Allah swt.). Janganlah kalian
sampai lupa hingga kalian akan melupakan
tauhid. Hitunglah dzikir kalian dengan jari,
karena jari-jari kelak akan ditanya oleh
Allah dan akan diminta berbicara” .
Perhatikanlah: Anjuran menghitung dengan
jari dalam hadits itu tidak
berarti melarang orang menghitung dzikir
dengan cara lain !!!. Untuk mengharamkan
atau memunkarkan suatu amalan haruslah
mendatangkan nash yang khusus tentang
itu, tidak seenaknya sendiri saja!!
2. Imam Tirmidzi, Al-Hakim dan Thabarani
meriwayatkan sebuah hadits berasal
dariShofiyyah yang mengatakan: “Bahwa
pada suatu saat Rasulallah saw. datang
kerumahnya. Beliau melihat empat ribu
butir biji kurma yang biasa digunakan oleh
Shofiyyah untuk menghitung dzikir. Beliau
saw. bertanya; ‘Hai binti Huyay, apakah
itu ?‘ Shofiyyah menjawab ; ‘Itulah yang
kupergunakan untuk menghitung dzikir’.
Beliau saw. berkata lagi; ‘Sesungguhnya
engkau dapat berdzikir lebih banyak dari
itu’ . Shofiyyah menyahut; ‘Ya Rasulallah,
ajarilah aku’. Rasulallah saw. kemudian
berkata; ‘ Sebutlah, Maha Suci Allah
sebanyak ciptaan-Nya’ ”. (Hadits shohih ).
3.   Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan
sebuah hadits yang dinilai sebagai
hadits hasan/baik oleh An-Nasai, Ibnu
Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim yaitu
hadits yang berasal dari Sa’ad bin Abi
Waqqash ra. yang mengatakan:
“Bahwa pada suatu hari Rasulallah saw.
singgah dirumah seorang wanita. Beliau
melihat banyak batu kerikil yang biasa
dipergunakan oleh wanita itu untuk
menghitung dzikir. Beliau bertanya;
‘ Maukah engkau kuberitahu cara yang lebih
mudah dari itu dan lebih afdhal/utama ?’
Sebut sajalah kalimat-kalimat sebagai
berikut :
‘Subhanallahi ‘adada maa kholaga fis
samaai, subhanallahi ‘adada maa kholaga
fil ardhi, subhanallahi ‘adada maa baina
dzaalika, Allahu akbaru mitslu dzaalika,
wal hamdu lillahi mitslu dzaalika, wa laa
ilaaha illallahu mitslu dzaalika wa laa
guwwata illaa billahi mitslu dzaalika’ ”.
Yang artinya : ‘Maha suci Allah sebanyak
makhluk-Nya yang dilangit, Maha suci
Allah sebanyak makhluk-Nya yang dibumi,
Maha suci Allah sebanyak makhluk
ciptaan-Nya. (sebutkan juga) Allah Maha
Besar, seperti tadi, Puji syukur kepada
Allah seperti tadi, Tidak ada Tuhan selain
Allah, seperti tadi dan tidak ada kekuatan
kecuali dari Allah, seperti tadi !’ “.
Lihat dua hadits diatas ini, Rasulallah saw.
melihat Shofiyyah menggunakan biji
kurma untuk menghitung dzikirnya, beliau
saw. tidak melarangnya atau tidak
mengatakan bahwa dia harus berdzikir
dengan jari-jarinya, malah beliau saw.
berkata kepadanya engkau dapat berdzikir
lebih banyak dari itu !! Begitu juga beliau
saw. tidak melarang seorang wanita
lainnya yang menggunakan batu
kerikil untuk menghitung dzikirnya dengan
kata lain beliau saw. tidak mengatakan
kepada wanita itu, buanglah batu kerikil itu
dan hitunglah dzikirmu dengan jari-jarimu !
Beliau saw. malah mengajarkan kepada
mereka berdua bacaan-bacaan yang lebih
utama dan lebih mudah dibaca. Sedangkan
berapa jumlah dzikir yang harus dibaca,
tidak ditentukan oleh Rasulallah saw. jadi
terserah kemampuan mereka.
Banyak riwayat bahwa para sahabat Nabi
saw. dan kaum salaf yang sholeh pun
menggunakan biji kurma, batu-batu kerikil,
bundelan-bundelan benang dan lain
sebagainya untuk menghitung dzikir yang
dibaca. Ternyata tidak ada orang yang
menyalahkan atau membid’ahkan sesat
mereka !!
4. Imam Ahmad bin Hanbal
didalam Musnadnya meriwayatkan bahwa
seorang sahabat Nabi yang bernama Abu
Shofiyyah menghitung dzikirnya
dengan batu-batu kerikil. Riwayat ini
dikemukakan juga oleh Imam Al-
Baihaqi dalam Mu’jamus
Shahabah; ” ‘bahwa Abu Shofiyyah, maula
Rasulallah saw. menghamparkan selembar
kulit kemudian mengambil sebuah kantong
berisi batu-batu keriki l, lalu duduk
berdzikir hingga tengah hari. Setelah itu ia
menyingkirkannya. Seusai sholat dhuhur ia
mengambilnya lagi lalu berdzikir hingga
sore hari “.
5. Abu Dawud meriwayatkan;
‘bahwa Abu Hurairah ra. mempunyai
sebuah kantong berisi batu kerikil. Ia duduk
bersimpuh diatas tempat tidurnya ditunggui
oleh seorang hamba sahaya wanita berkulit
hitam. Abu Hurairah berdzikir dan
menghitungnya dengan batu-batu kerikil
yang berada dalam kantong itu. Bila batu-
batu itu habis dipergunakan, hamba
sahayanya menyerahkan kembali batu-batu
kerikil itu kepadanya’ .
6. Abu Syaibah juga mengutip hadits
‘Ikrimah yang mengatakan;
‘bahwa Abu Hurairah mempunyai seutas
benang dengan bundelan seribu buah. Ia
baru tidur setelah berdzikir dua belas ribu
kali’.
7. Imam Ahmad bin Hanbal dalam
Musnadnya bab Zuhud
mengemukakan; ‘bahwa Abu Darda ra.
mempunyai sejumlah biji kurma yang
disimpan dalam kantong. Usai sholat
shubuh biji kurma itu dikeluarkan satu
persatu untuk menghitung dzikir hingga
habis’.
8. Abu Syaibah juga mengatakan; ‘bahwa
Sa’ad bin Abi Waqqash ra menghitung
dzikirnya dengan batu kerikil atau biji
kurma. Demikian pula Abu Sa’id Al-Khudri
’.
9. Dalam kitab Al-Manahil Al-Musalsalah
Abdulbaqi mengetengahkan sebuah riwayat
yang mengatakan; ‘bahwa Fathimah binti
Al-Husain ra mempunyai benang yang
banyak bundelannya untuk menghitung
dzikir ’.
10. Dalam kitab Al-Kamil , Al-Mubarrad
mengatakan; “bahwa ‘Ali bin ‘Abdullah bin
‘Abbas ra (wafat th 110 H) mempunyai lima
ratus butir biji zaitun. Tiap hari ia
menghitung raka’at-raka’at sholat
sunnahnya dengan biji itu, sehingga
banyak orang yang menyebut namanya
dengan ‘Dzu Nafatsat’ “.
11. Abul Qasim At-Thabari dalam kitab
Karamatul-Auliya mengatakan: ‘Banyak
sekali orang-orang keramat yang
menggunakan tasbih untuk menghitung
dzikir, antara lain Syeikh Abu Muslim Al-
Khaulani dan lain-lain’.
B.  Tidak ada Larangan terhadap
penggunaan Tasbih dalam Dzikir
Menurut riwayat bentuk tasbih yang kita
kenal pada zaman sekarang ini baru
dipergunakan orang mulai abad ke 2
Hijriah. Ketika itu nama ‘tasbih’ belum
digunanakan untuk menyebut alat
penghitung dzikir. Hal itu diperkuat
oleh Az-Zabidi yang mengutip keterangan
dari gurunya didalam kitab Tajul-‘Arus .
Sejak masa itu tasbih mulai banyak
dipergunakan orang dimana-mana. Pada
masa itu masih ada beberapa ulama yang
memandang penggunaan tasbih untuk
menghitung dzikir sebagai hal yang kurang
baik. Oleh karena itu tidak aneh kalau ada
orang yang pernah bertanya pada seorang
Waliyullah yang bernama Al-
Junaid: ‘Apakah orang semulia anda mau
memegang tasbih ?. Al-Junaid
menjawab: ‘Jalan yang mendekatkan diriku
kepada Allah swt. tidak akan
kutinggalkan’ .(Ar-Risalah Al-
Qusyariyyah).
Sejak abad ke 5 Hijriah penggunaan tasbih
makin meluas dikalangan kaum muslimin,
termasuk kaum wanitanya yang tekun
beribadah. Tidak ada berita riwayat, baik
yang berasal dari kaum Salaf maupun dari
kaum Khalaf (generasi muslimin
berikutnya) yang menyebutkan
adanya larangan penggunaan tasbih , dan
tidak ada pula yang memandang
penggunaan tasbih sebagai perbuatan
munkar!!
Pada zaman kita sekarang ini bentuk
tasbih terdiri dari seratus buah butiran atau
tiga puluh tiga butir, sesuai dengan jumlah
banyaknya dzikir yang disebut-sebut
dalam hadits-hadits shohih. Bentuk tasbih
ini malah lebih praktis dan
mudah dibandingkan pada masa zaman
nya Rasulallah saw. dan masa sebelum
abad kedua Hijriah. Begitu juga untuk
menghitung jumlah dzikir agama
Islam tidak menetapkan cara tertentu. Hal
itu diserahkan kepada masing-masing
orang yang berdzikir.
Cara apa saja untuk menghitung bacaan
dzikir itu asalkan bacaan dan alat
menghitung yang tidak yang dilarang
menurut Kitabullah dan Sunnah Rasulallah
saw.. itu mustahab/baik untuk diamalkan.
Berdasarkan riwayat-riwayat hadits yang
telah dikemukakan diatas jelaslah, bahwa
menghitung dzikir bukan dengan jari
adalah sah/boleh . Begitu juga benda apa
pun yang digunakan sebagai tasbih untuk
menghitung dzikir, tidak bisa lain,
orang tetap menggunakan tangan atau
jarinya juga, bukan menggunakan kakinya!!
Dengan demikian jari-jari ini juga
digunakan untuk kebaikan !! Malah
sekarang banyak kita para ulama pakar
maupun kaum muslimin lainnya sering
menggunakan tasbih bila berdzikir.
Jadi masalah menghitung dengan butiran-
butiran tasbih sesungguhnya tidak perlu
dipersoalkan, apalagi kalau ada orang yang
menganggapnya sebagai ‘ bid’ah
dholalah’. Yang perlu kita ketahui
ialah : Manakah yang lebih baik,
menghitung dzikir dengan jari tanpa
menggunakan tasbih ataukah dengan
menggunakan tasbih ?
Menurut Ibnu ‘Umar ra. menghitung dzikir
dengan jari (daripada dengan batu kerikil,
biji kurma dll) lebih afdhal/utama. Akan
tetapi Ibnu ‘Umar juga mengatakan jika
orang yang berdzikir tidak akan salah
hitung dengan menggunakan jari, itulah
yang afdhal. Jika tidak demikian maka
mengguna- kan tasbih lebih afdhal.
Perlu juga diketahui, bahwa menghitung
dzikir dengan tasbih disunnahkan
menggunakan tangan kanan, yaitu
sebagaimana yang dilakukan oleh kaum
Salaf. Hal itu disebut dalam hadits-hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
lain-lain. Dalam soal dzikir yang paling
penting dan wajib diperhatikan baik-baik
ialah kekhusyu’an, apa yang diucapkan
dengan lisan juga dalam hati
mengikutinya. Maksudnya bila lisan
mengucapkan Subhanallah maka dalam
hati juga memantapkan kata-kata yang
sama yaitu Subhanallah. Allah swt. melihat
apa yang ada didalam hati orang yang
berdzikir, bukan melihat kepada benda
(tasbih) yang digunakan untuk menghitung
dzikir!! Wallahu a’lam.
Insya Allah dengan keterangan singkat ini,
para pembaca bisa menilai sendiri apakah
benar yang dikatakan golongan pengingkar
bahwa penggunaan Tasbih adalah munkar,
bid’ah dholalah/sesat dn lain
sebagainya ??? Semoga Allah swt.
memberi hidayah kepada semua kaum
muslimin. Amin.
Semoga dengan keterangan sebelumnya
mengenai akidah golongan Wahabi/Salafi
serta pengikutnya dan keterangan bid’ah
yang singkat ini insya-Allah bisa membuka
hati kita masing-masing agar tidak mudah
mensesatkan, mengkafirkan dan
sebagainya pada saudara muslim kita
sendiri yang sedang melakukan ritual-
ritual Islam begitu juga yang berlainan
madzhab dengan madzhab kita.

Kamis, 26 Februari 2015

Adab-adab mesjid berdasarkan AlQur’an dan Sunnah

Allah Azza wa Jalla berfirman dalam surat
AtTaubah:18
} ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﻌْﻤُﺮُ ﻣَﺴَﺎﺟِﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﻦْ ﺁﻣَﻦَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻭَﺃَﻗَﺎﻡَ ﺍﻟﺼَّﻼﺓَ
ﻭَﺁﺗَﻰ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓَ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺨْﺶَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﻌَﺴَﻰ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ {
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid
Allah hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir dan mendirikan
shalat dan menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada apapun) kecuali Allah, maka mudah-
mudahan mereka termaksud orang yang
mendapatkan petunjuk.”
Seorang ciri dari muslim yang beriman mereka
adalah orang-orang yang senantiasa
memakmurkan mesjid dengan memperhatikan
adab-adabnya sebagaimana diajarkan didalam
alQur’an dan sunnah.
Berikut ini adalah adab-adab mesjid yang
perlu diperhatikan :
1. Memakai pakaian yang bagus serta
menutup aurat,
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam
Qs.AlA’raf : 31
}ﻳﺎ ﺑﻨﻲ ﺁﺩﻡ ﺧﺬﻭﺍ ﺯﻳﻨﺘﻜﻢ ﻋﻨﺪ ﻛﻞ ﻣﺴﺠﺪ ﻭﻛﻠﻮﺍ ﻭﺍﺷﺮﺑﻮﺍ ﻭﻻ
ﺗﺴﺮﻓﻮﺍ ﺇﻧﻪ ﻻ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﻤﺴﺮﻓﻴﻦ {
“Wahai anak keturunan adam, pakailah
pakaianmu yang bagus pada setiap(memasuki)
masjid..”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, :
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﻤﻴﻞ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ ،
“Sesungguhnya Allah itu maha indah dan
menyukai yang indah-indah”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﺇﺫﺍ ﺻﻠﻰ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻴﻠﺒﺲ ﺛﻮﺑﻴﻪ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﻖ ﻣﻦ ﻳُﺘﺰﻳﻦُ ﻟﻪ
“Apabila salah seorang kalian shalat maka
kenakanlah dua pakaian, maka sesungguhnya
Allah adalah zat yang lebih berhak agar
seseorang berhias kepadanya”.(Hr.Thabrani/
AlAwsath/Lihat disilsilah hadits shahih/syekh
alBani)
2.Berwudhu sebelum berangkat kemesjid dan
memperbanyak langkah kemesjid :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﺃﻻ ﺃﺩﻟﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﻤﺤﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﺍﻟﺨﻄﺎﻳﺎ ﻭﻳﺮﻓﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﺪﺭﺟﺎﺕ ‏) ؟
ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﺑﻠﻰ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ . ﻗﺎﻝ : ‏( ﺇﺳﺒﺎﻍ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻜﺎﺭﻩ،
ﻭﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﺨﻄﻰ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ
“Apakah kalian mau aku tunjukan kepada apa-
apa yang Allah menghapus dengannya dosa-
dosa dan mengangkat dengannya derajat?,
para shahabat berkata,”tentu ya rasulallah!”,
beliaupun bersabda, “sempurnakanlah whudhu
dan perbanyaklah langkah menuju
mesjid…”(HR.Muslim)
3. Menjawab azan muadzin
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﺇﺫﺍ ﺳﻤﻌﺘﻢ ﺍﻟﻤﺆﺫﻥ ﻓﻘﻮﻟﻮﺍ ﻣﺜﻞ ﻣﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻤﺆﺫﻥ
“Apabila kalian mendengar azan maka
ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh
muadzin” (HR.Bukhori)
4. Memperjauh langkah menuju mesjid,
karena semakin jauh langkah semakin
banyak pahalanya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﻥ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺟﺮﺍً ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﺑﻌﺪﻫﻢ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻣﻤﺸﻰ ﻓﺄﺑﻌﺪﻫﻢ،
“Sesungguhnya orang yang paling banyak
pahalanya ketika shalat adalah orang yang
paling jauh berjalan menujunya(Shalat
dimesjid)..”(Mutaffaq ‘alaihi)
5. Berjalan kemasjid dengan tenang,
meskipun sudah iqomah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇﺫﺍ ﺳﻤﻌﺘﻢ ﺍﻹﻗﺎﻣﺔ ﻓﺎﻣﺸﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ، ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺴﻜﻴﻨﺔ ﻭﺍﻟﻮﻗﺎﺭ،
ﻭﻻ ﺗﺴﺮﻋﻮﺍ
“Apabila kalian mendengar iqomah maka
berjalanlah(jangan lari) menuju shalat dan
hendaknya kalian tenang dan tidak tergesa-
gesa..”
6. Berdoa ketika masuk dan keluar mesjid
dengan doa yang datang dari nabi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﻠﻴﻘﻞ : ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻓﺘﺢ ﻟﻲ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺭﺣﻤﺘﻚ،
ﻭﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻓﻠﻴﻘﻞ : ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻣﻦ ﻓﻀﻠﻚ
“Apabila salah seorang dari kalian masuk ke
masjid, maka ucapkanlah : “ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻓﺘﺢ ﻟﻲ ﺃﺑﻮﺍﺏ
ﺭﺣﻤﺘﻚ ”Ya Allah, bukalah untukku pintu-pintu
rahmatmu”, dan apabila keluar (dari masjid)
maka ucapkanlah. “ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻣﻦ ﻓﻀﻠﻚ ”Ya
Allah sesungguhnya aku meminta kepadamu
akan karuniamu”.(HR.Muslim)
7. Mendahulukan kaki kanan ketika
masuk mesjid.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :
ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺘﻴﻤﻦ ﻣﺎ ﺍﺳﺘﻄﺎﻉ ﻓﻲ ﺷﺄﻧﻪ ﻛﻠﻪ ﻓﻲ ﻃﻬﻮﺭﻩ
ﻭﺗﺮﺟﻠﻪ ﻭﺗﻨﻌﻠﻪ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai
memulai dari sebelah kanan dari apa yang
beliau bisa dari seluruh keadaannya (seperti)
ketika taharah, menyisir dan memakai sandal”.
(Mutaffaq ‘alaihi)
8. Shalat tahiyyatul masjid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
( ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﻼ ﻳﺠﻠﺲ ﺣﺘﻰ ﻳﺼﻠﻲ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ )
“Apabila salah seorang dari kalian masuk
masjid, maka janganlah ia duduk sehingga dia
shalat dua rakaat”.(Muttaffaq ‘alaihi)
9. Disunnahkan shalat mendekati sutrah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇﺫﺍ ﺻﻠﻰ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻴﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺳﺘﺮﺓ، ﻭﻟﻴﺪﻥ ﻣﻨﻬﺎ .
“Apabila salah seorang dari kalian shalat,
maka shalatlah (dengan menghadap) ke
sutrah, dan mendekatlah dengannya(sutrah)”.
(HR.Abu daud dan Ibnu Majah, dan dishahihkan
oleh syekh Albani)
10. Jangan melintas dihadapan orang yang
shalat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﻟﻮ ﻳﻌﻠﻢ ﺍﻟﻤﺎﺭ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻱ ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﻣﺎﺫﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻜﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﻘﻒ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ
ﺧﻴﺮﺍً ﻟﻪ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻤﺮ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ
“Seandainya orang yang melintas dihadapan
orang yang shalat mengetahui akan apa yang
terjadi padanya, niscaya dia akan rela untuk
berdiri(menunggu) selama 40 (hari/bulan/
tahun) dari pada melintas dihadapannya”.
(Mutaffaq ‘Alaihi)
11. Mengucapkan salam kepada orang
yang berada dimasjid.
Dari abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu Beliau
berkata :
ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓَﺼَﻠَّﻰ
ﺛُﻢَّ ﺟَﺎﺀَ ﻓَﺴَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺮَﺩَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡَ
“bahwasannya nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam  masuk kemasjid dan kemudian masuk
(pula) seorang laki-laki maka kemudian (laki-
laki) itu shalat dan kemudian menghampiri
(Rasulullah saw) dan mengucapkan salam,
maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “’alaikassalam”.”(HR.Bukhori)
Sahabat melakukan hal itu yaitu salam karena
mengamalkan perintah nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda :
ﻟَﺎ ﺗَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺤَﺎﺑُّﻮﺍ ﺃَﻭَﻟَﺎ ﺃَﺩُﻟُّﻜُﻢْ
ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻤُﻮﻩُ ﺗَﺤَﺎﺑَﺒْﺘُﻢْ ﺃَﻓْﺸُﻮﺍ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ
“tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian
beriman, dan tidaklah kalian beriman sehingga
kalian saling mencintai, dan tidaklah kalian
saling mencintai, apakah, kalian mau aku
tunjukan sesuatu yang apabila kalian
mengamalkannya kalian akan saling
mencintai?”sebarkanlah salam diantara
kalian!!”(HR.Bukhori)
Dan bagi yang diberi salam wajib baginya
untuk menjawabnya, berdasarkan hadits nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ﺣَﻖُّ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺧَﻤْﺲٌ ﺭَﺩُّ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡِ
“Haq seorang muslim terhadap muslim yang
lain ada lima, yaitu : menjawab
salam….”(Muttafaq ‘alaihi).
12. Tidak bersiul dan bertepuk tangan
karena hal itu meniru perbuatan orang-
orang musyrik Qurais, Allah Azza wa
jalla berfirman dalam surat al-
Anfal :35:
ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺻَﻠَﺎﺗُﻬُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺇِﻟَّﺎ ﻣُﻜَﺎﺀً ﻭَﺗَﺼْﺪِﻳَﺔً ﻓَﺬُﻭﻗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏَ ﺑِﻤَﺎ
ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻜْﻔُﺮُﻭﻥَ
“dan shalat mereka(orang-orang musyrik)
disekitar baitullah, tidak lain hanyalah siulan
dan tepuk tangan..”
13. Tidak melakukan hal-hal yang sia-sia
dimesjid kecuali 3 hal :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪَ ﻟَﺎ ﺗَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺒَﻮْﻝِ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﻘَﺬَﺭِ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫِﻲَ
ﻟِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ
“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak layak
sedikitpun dari kencing ini dan kotoran ini(hal
yang sia-sia), akan tetapi masjid-masjid itu
hanyalah untuk zikrullah azaa wa jalla
(mengingat Allah/ menuntut ilmu) shalat dan
membaca alQur’an”. (Muttafaq ‘alaihi)
14. Memanfaatkan waktu antara azan dan
iqomat untuk berdoa dan shalat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﻻ ﻳُﺮﺩ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﻴﻦ ﺍﻷﺫﺍﻥ ﻭﺍﻹﻗﺎﻣﺔ
“Tidaklah ditolak doa diantara azan dan
iqomah”.(HR.Abu daud)
ﺑَﻴْﻦَ ﻛُﻞِّ ﺃَﺫَﺍﻧَﻴْﻦِ ﺻَﻠَﺎﺓٌ ﺑَﻴْﻦَ ﻛُﻞِّ ﺃَﺫَﺍﻧَﻴْﻦِ ﺻَﻠَﺎﺓٌ
“Diantara dua azan(Azan dan iqomah)ada
shalat”(Muttafaq ‘alaihi)
15. Mendoakan kerugian kepada orang
yang berjual beli dimesjid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﺒِﻴﻊُ ﺃَﻭْ ﻳَﺒْﺘَﺎﻉُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻓَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺃَﺭْﺑَﺢَ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﺗِﺠَﺎﺭَﺗَﻚَ
“Apabila kalian melihat orang yang berjual beli
dimasjid, maka doakanlah, “semoga Allah
tidak memberikan keuntungan
perdaganganmu”.(HR.AtTirmidzi)
16. tidak mencari-cari barang yang hilang
dimasjid.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻨْﺸُﺪُ ﻓِﻴﻪِ ﺿَﺎﻟَّﺔً ﻓَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺭَﺩَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ
“Apabila kalian melihat orang yang mencari-
cari barang yang hilang (dimasjid) maka
doakanlah,”semoga Allah tidak
mengembalikan barang itu”. (HR.AtTirmidzi)
17. tidak boleh shalat apapun dimesjid
apabila telah iqomat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇﺫﺍ ﺃﻗﻴﻤﺖ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻼ ﺻﻼﺓ ﺇﻻّ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺔ
“Apabilah telah didirikan shalat (jamaah) maka
tidaklah (boleh) shalat apapun selain shalat
wajib”.(HR.Muslim)
18. tetap menjaga adab-adab Nabawiyah
didalam mesjid seperti .
1. tidak menguap Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
ﺇِﺫَﺍ ﺗَﺜَﺎﺀَﺏَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻠْﻴُﻤْﺴِﻚْ ﻋَﻠَﻰ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺪْﺧُﻞُ
“Apabilah salah seorang dari kalian menguap,
maka maka tahanlah mulutnya dengan
tangannya, maka sesungguhnya syetan
masuk…”.(HR.Abu daud, Ibnu majah dan
Ahmad)
2. Tidak makan dengan Makanan yang
membuat bau mulut sehingga
mengganggu orang lain, termaksud
juga bau rokok. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
ﻣَﻦْ ﺃَﻛَﻞَ ﺍﻟْﺒَﺼَﻞَ ﻭَﺍﻟﺜُّﻮﻡَ ﻭَﺍﻟْﻜُﺮَّﺍﺙَ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻘْﺮَﺑَﻦَّ ﻣَﺴْﺠِﺪَﻧَﺎ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔَ
ﺗَﺘَﺄَﺫَّﻯ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺘَﺄَﺫَّﻯ ﻣِﻨْﻪُ ﺑَﻨُﻮ ﺁﺩَﻡَ
“Barang siapa yang makan bawang merah,
bawang putih dan bawang bakung maka
janganlah mendekati masjid kami, maka
sesungguhnya para malaikat terganggu
sebagimana anak adam terganggu”.(Muttafaq
‘alaihi)
3. Menjaga mulut dengan bersifak atau
menggosok gigi. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
ﻟَﻮْﻟَﺎ ﺃَﻥْ ﺃَﺷُﻖَّ ﻋَﻠَﻰ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﺃَﻭْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟَﺄَﻣَﺮْﺗُﻬُﻢْ ﺑِﺎﻟﺴِّﻮَﺍﻙِ ﻣَﻊَ ﻛُﻞِّ
ﺻَﻠَﺎﺓٍ
“seandainya tidak memberatkan atas umatku,
niscaya akau akan memerintahkan mereka
untuk bersiwak pada setiap shalat”.(Muttaffaq
‘alaihi)
19. Merapatkan shaf  ketika shalat
berjama’ah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺳﻮﻭﺍ ﺻﻔﻮﻓﻜﻢ، ﻓﺈﻥ ﺗﺴﻮﻳﺔ ﺍﻟﺼﻒ ﻣﻦ ﺗﻤﺎﻡ ﺍﻟﺼﻼﺓ
“Sejajarkan (rapat dan lurus) barisan-barisan
kalian, sesungguhnya sejajarnya barisan
termaksud dari kesempurnaan shalat”.
(Muttafaq ‘alaihi)
20. tidak mendahului imam ketika shalat
berjama’ah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡُ ﺃَﻭْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺟُﻌِﻞَ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡُ ﻟِﻴُﺆْﺗَﻢَّ ﺑِﻪِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺒَّﺮَ ﻓَﻜَﺒِّﺮُﻭﺍ …
“Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk
diikuti, apabila dia telah bertakbir maka
bertakbirlah..”.
21. Bagi wanita dilarang memakai wangi-
wangian jika hendak kemesjid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇِﺫَﺍ ﺷَﻬِﺪَﺕْ ﺇِﺣْﺪَﺍﻛُﻦَّ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻤَﺲَّ ﻃِﻴﺒًﺎ
“Apabila salah seorang dari kalian mendatangi
masjid, maka janganlah memakai wewangian”.
(HR.Muslim)
22. Shaf barisan wanita dibelakang  laki-
laki, semakin jauh kebelakang maka
semakin baik. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
ﺧَﻴْﺮُ ﺻُﻔُﻮﻑِ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ ﻭَﺷَﺮُّﻫَﺎ ﺁﺧِﺮُﻫَﺎ ﻭَﺧَﻴْﺮُ ﺻُﻔُﻮﻑِ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ
ﺁﺧِﺮُﻫَﺎ ﻭَﺷَﺮُّﻫَﺎ ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ
“sebaik-baiknya shaf(barisan) laki-laki adalah
yang paling pertamnaya(paling depan) dan
seburuk-buruknya adalh paling belakang, dan
sebaik-baiknya shaf perempuan adalah di
belakang dan yang shaf yang buruk adalh
didepan”. (HR.Muslim)

Cara Memotong Kuku Sesuai Dengan Sunnah Nabi

MEMOTONG KUKU
FITRAH RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI
WASALLAM
    ☆   。    ☆。    ☆ 
   ★。
ﺑﺴــﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤــﻦ ﺍﻟﺮﺣــﻴﻢ /
BismiLlaahirRahmaanirRahiim.
ﻟﺴَّﻼَﻡ ُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺕ ./
Assalaaamu'alaykum warahmatuLlaahi
wabarakaatuh
Kuku ialah selaput atau bahagian keras yang
tumbuh pada ujung jari manusia, benda keras
yang menganjur yang tumbuh pada ujung kaki
binatang (ada yang besar dan ada yang
panjang dan tajam).
Kuku yang diciptakan Allah Subhanahu wa
Ta'ala mempunyai peranan dan
kepentingannya yang tersendiri kepada
manusia. Dalam hukum Islam, kuku berperan
alam beberapa perkara hukum yang tidak
seharusnya diabaikan oleh umat Islam.
Walaupun ia dilihat hanya seolah-olah
perkara kecil, namun kadang-kadang ia
adalah perkara besar, sebagai contoh kuku
bisa menyebabkan tidak sah wudhu atau
mandi junub, jika air tidak atau terhalang
sampai ke kuku.
Beberapa permasalahan yang berhubungan
dengan kuku dari segi hukum, hikmah
memotong kuku, memanjangkan dan
mewarnanya
1. Hukum Dan Hikmah Memotong Kuku
Memotong kuku adalah termasuk dalam
amalan sunah. Sebagaimana disebutkan
dalam hadis dari 'Aisyah Radhiallahu 'anha
yang maksudnya: "Sepuluh perkara dikira
sebagai fitrah (sunnah): memotong kumis,
memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan
air ke hidung, memotong kuku, membasuh
sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur
bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinja),
berkata Zakaria: "berkata Mus'ab: "Aku lupa
yang kesepuluh kecuali berkumur." (Hadis
riwayat Muslim)
Memotong kuku adalah sunah bagi lelaki dan
perempuan sama ada kuku tangan atau kaki.
Adapun hikmah daripada memotong kuku
ialah menghilangkan segala kotoran yang
melekat atau berkumpul di celah kuku, yang
mana kotoran tersebut bisa menghalangi
sampainya air ketika bersuci.
Selain daripada itu, jika kuku itu pula
dibiarkan panjang dan segala kotoran atau
najis melekat di dalamnya, nescaya ia bisa
berpengaruh pada kesihatan.
2. Cara Dan Benda Untuk Memotong Kuku
Sunah memotong kuku dimulai daripada
tangan kanan kemudian tangan kiri,
memotong kuku kaki kanan kemudian kaki
kiri.
Menurut Imam an-Nawawi, sunah memotong
kuku dimulai jari tangan kanan
keseluruhannya daripada jari telunjuk
sehingga jari kelingking kemudian tangan kiri
dari jari kelingking sehingga ibu jari.
Sementara kuku kaki pula, dimulai kaki kanan
dari jari kelingking sehinggalah ibu jari
kemudian kaki kiri daripada ibu jari
sehinggalah kelingking.
Harus seseorang itu memotong kukunya
dengan menggunakan gunting, pisau atau
benda yang khas yang tidak menyebabkan
mudharat pada kuku atau jari seperti yang
dikenali sebagai alat pemotong kuku.
Setelah selesai memotong kuku, sayogyanya
segera membasuh tangan (tempat kuku yang
telah dipotong) dengan air. Ini kerana jika
seseorang itu menggaruk pada anggota lain,
ditakuti akan menghidap penyakit kusta.
Menurut kitab al-Fatawa al-Hindiyah dalam
mazhab Hanafi bahawa makruh memotong
kuku dengan menggunakan gigi kerana ia
boleh mewarisi penyakit kusta.
3. Waktu Memotong Kuku
Dalam perkara memotong kuku, waktu juga
diambil kira dan diambil perhatian dalam
Islam. Adapun waktu memotong kuku itu
tergantung pada panjang kuku tersebut.
Kapanpun diharuskan memotong kuku apabila
seseorang itu berkehendak pada
memotongnya.
Akan tetapi janganlah membiarkan kuku
tersebut tidak dipotong sehingga melebihi
empat puluh hari. Sebagaimana diriwayatkan
daripada Anas bin Malik yang maksudnya :
"Telah ditentukan waktu kepada kami
memotong kumis, memotong kuku, mencabut
bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar
kami tidak membiarkannya lebih daripada
empat puluh malam."
(Hadis riwayat Muslim)
Adapun menurut Imam asy-Syafi'e dan
ulama-ulama asy-Syafi'yah, sunah
memotong kuku itu sebelum mengerjakan
sembahyang Juma'at, sebagaimana
disunahkan mandi, bersiwak, berharuman,
berpakaian rapi sebelum pergi ke masjid
untuk mengerjakan sembahyang Juma'at.
Diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dan
Abu Hurairah
Radhiallahu 'anhuma berkata yang
maksudnya :
Maksudnya: "Bersabda Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam: "Sesiapa yang mandi pada
hari Juma'at, bersiwak, berwangian jika
memilikinya dan memakai pakaian yang
terbaik kemudian keluar rumah sehingga
sampai ke masjid, dia tidak melangkahi
(menerobos masuk) orang-orang yang telah
bersaf, kemudian dia mengerjakan
sembahyang sembahyang sunah, dia diam
ketika imam keluar (berkhutbah) dan tidak
berkata-kata sehingga selesai mengerjakan
sembahyang, maka jadilah penebus dosa di
antara Juma'at itu dan Juma'at sebelumnya."
(Hadis riwayat Ahmad)
Daripada Abu Hurairah katanya yang
maksudnya : "Bahawasanya Rasulullah
Shallallahu 'alahi wasallam memotong kuku
dan mengunting kumis pada hari Juma'at
sebelum Baginda keluar untuk
bersembahyang."
Hari-Hari Memotong kuku
(Riwayat al-Bazzar dan ath-Thabrani)
Sementara menurut Ibnu Hajar Rahimahullah
pula, sunah memotong kuku itu pada hari
Khamis atau pagi Juma'at atau pada hari
Isnin.
Terdapat dalam sebuah hadith Nabi
Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam
bermaksud;
“Barangsiapa memotong kuku atau mengerat
kuku pada hari;
SABTU -> Mempusakai penyakit akilah (yang
disebabkan banyak makan)
AHAD -> Hilang berkat
ISNIN-> Mempusakai alim fadhil (berilmu dan
mempunyai kelebihan)
SELASA -> Mempusakai kebinasaan
RABU -> Mempusakai jahat perangai
KHAMIS -> Mempusakai kaya
JUMAAT -> Mempusakai ilmu dan lemah
lembut
(Dipetik dari kitab Al-Jauharul Mauhub Wa
Munabbahatul
Qulub Jilid 1)
4. Menanam Potongan Kuku
Islam sangat perihatin terhadap memuliakan
anak Adam termasuk memuliakan anggota
badan manusia. Potongan-potongan kuku
sunah ditanam di dalam tanah sebagai tanda
menghormatinya, kerana ia salah satu
daripada anggota manusia. Sebagaimana
disebutkan dalam kitab Fath al-Bari, bahawa
Ibnu 'Umar Radhiallahu 'anhu menanam
potongan kuku.
5. Memotong Kuku Ketika Haid, Nifas Dan
Junub
Menurut kitab Al-Ihya', jika seseorang itu
dalam keadaan junub atau berhadas besar,
jangan dia memotong rambut, kuku atau
mengeluarkan darah atau memotong sesuatu
yang jelas daripada badannya sebelum dia
mandi junub. Kerana segala potongan itu di
akhirat kelak akan kembali kepadanya dengan
keadaan junub.
6. Memanjangkan Kuku Dan Mewarnainya
( Cutex)
Tabiat memanjangkan kuku dan
membiarkannya tanpa dipotong adalah
perbuatan yang bertentangan dengan sunnah
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihhi
wasallam , kerana Baginda menggalakkan
supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku
itu panjang, nescaya banyak perkara-perkara
yang membabitkan hukum seperti wudhu,
mandi wajib dan sebagainya.
Adapun dalam hal mewarnai kuku (cutex),
perempuan yang bersuami adalah haram
mewarnai kuku jika suaminya tidak
mengizinkan. Sementara perempuan yang
tidak bersuami pula, haram baginya mewarnai
kuku. Demikian juga jika pewarna itu
diperbuat daripada benda najis adalah haram
digunakan melainkan ada hajat seperti
berubat.
Jika pewarna kuku itu boleh menghalang
daripada masuknya air, maka wajiblah
dibersihkan pewarna tersebut. Jika tidak
dibersihkan ia daripada kuku tangan atau
kaki, maka tidaklah sah wudhu apabila dia
berhadas kecil, atau mandi wajib apabila dia
berhadas besar iaitu haid, nifas atau junub.
Hal ini berbeda pula dengan berinai, kerana
perempuan yang bersuami atau perempuan
yang hendak berihram sunah baginya berinai
atau berpacar. Walau bagaimanapun cara
berinai yang disunahkan itu ialah dengan
menggunakan daun inai pada seluruh dua
telapak tangan hingga ke pergelangan tangan.
Disunahkan juga menyapukan sedikit inai
kemuka, sebab ketika ihram, perempuan
disuruh membuka muka dan kadang-kadang
kedua telapak tangannya akan terbuka. Maka
dengan berinai itu akan menutupi warna kulit
tangan dan muka.
Adapun perempuan yang tidak bersuami,
adalah makruh berinai (menginai seluruh dua
telapak tangan hingga ke pergelangan
tangan) tanpa ada sesuatu sebab keuzuran
dan tidak pula bermaksud untuk melakukan
ihram. Ini kerana ditakuti akan menimbulkan
fitnah.
Sementara cara berinai dengan hanya
menginaikan ujung-ujung jari sahaja dan
membuat ukiran-ukiran tertentu adalah tidak
dianjurkan, bahkan haram hukumnya berbuat
begitu. Akan tetapi diharuskan bagi
perempuan yang bersuami berinai dengan
cara berkenaan dengan syarat ada keizinan
daripada suami. Ini memandangkan ada
tujuan isteri berhias untuk suami. Jika tanpa
ada keizinan suami maka hukumnya tetap
haram.
Manakala hukum berinai bagi kaum lelaki
pada dua tangan dan kaki adalah haram.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin
Malik katanya yang maksudnya :
"Bahawa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
melarang kaum lelaki memakai za'faran
(kuma-kuma)." (Hadis riwayat Muslim)
Tambahan lagi, perbuatan berinai pada
tangan dan kaki itu terdapat di dalamnya
unsur-unsur menyerupai cara kaum wanita
berhias. Akan tetapi jika lelaki itu berinai
kerana ada keuzuran iaitu ada keperluan atau
hajat seperti untuk berubat, tidaklah
diharamkan malahan tidak juga dimakruhkan
ke atasnya berinai.
Semoga Bermanfaat..
Salam Erat Silaturrahim wa Ukhuwah Fillah.

7 sunnah Rasulullah

Bismillahir-Rahmanir-
Rahim ....
“ Subhannallah Walhamdulillah Wala ilaha
illallah Allahu Akbar !”
Kita semua menyadari bahwa HIDUP INI
HANYALAH SESAAT. Dan kita akan HIDUP
SELAMANYA DI AKHIRAT kelak. Keadaan
inilah yang membangun ’semangat berjibaku’
agar kita semua MENGELOLA HIDUP yang
sesaat ini untuk kebahagiaan selama-
lamanya di akhirat, kelak.
Tidaklah heran, mengapa orang Mukmin
semakin hari semakin bertakwa. Karena
merekan tahu dan sadar bahwa SEMAKIN
HARI SEMAKIN DEKAT PERJUMPAAN
DENGAN ALLAH SWT. Sehingga hari-harinya
dilalui dengan kesibukan untuk MEMPERBAIKI
DIRI dalam kebaikan.
Salah satu usahanya adalah melahirkan
perbaikan dan kebaikan dengan
MENGAMALKAN SUNNAH HARIAN Rasulullah
SAW.
Rekan-rekan se-iman, marilah kita
menghentikan sejenak aktifitas kita sehari-
hari yang menyibukkan diri, agar kita dapat
sejenak waktu untuk BERHENTI, BERPIKIR,
MERENUNG dan MENCONTOH teladan kita
semua RASULULLAH SAW, melalui serial
Artikel singkat ” 7 Sunnah Harian NABI SAW ”,
agar menjadikan hidup kita lebih bermakna,
untuk mempersiapkan diri kita dalam
menghadapi sisa-sisa kehidupan kita.
1. Shalat Tahajud ...
Kita semua mengetahui, bahwa Shalat
Tahajud adalah SHALAT TERAMAT PENTING
SETELAH SHALAT FARDHU (wajib) lima
waktu. Karena dengan shalat Tahajud Allah
SWT akan MENGANGKAT DERAJAT
kehidupan manusia.
Shalat Tahajud dilakukan diwaktu malam
(setelah tidur) karena disaat malam-sunyi
tersebut melakukan shalat akan LEBIH
KHUSYUK dan bacaan di waktu tsb LEBIH
BERKESAN.
Al-Isra : 79 ”Dan dari sebagian malam
hendaklah engkau bangun (tahajud), sebagai
AMALAN TAMBAHAN untukmu. Semoga
Tuhanmu mengangkat (derajatmu) ke tempat
terpuji”.
Abu Huraira R.A meriwayatkan RASULULLAH
SAW bersabda :”Tuhan kita turun SETIAP
MALAM ke langit dunia pada SEPERTIGA
MALAM terakhir, dan berfirman – Siapa yang
BERDOA kepada-Ku PASTI AKU KABULKAN,
siapa yang MEMOHON kepada-Ku PASTI AKU
BERI, dan siapa yang MEMOHON AMPUN
kepada-Ku, PASTI AKU AMPUNI !” (HR. Al-
Jama’ah).
Amr bin Al-Ash meriwayatkan Rasulullah
SAW bersabda : ”Sedekat-dekat hamba
kepada Allah SWT adalah PADA TENGAH
MALAM TERAKHIR. Apabila engkau bisa
termasuk golongan orang BERDZIKIR
mengingat Allah SWT pada saat itu, maka
lakukanlah ” (HR. Al-Hakim).
Salman Al-Farisi meriwayatkan, Rasulullah
SAW bersabda : ”Kerjakanlah shalat malam,
sebab itu adalah KEBIASAAN ORANG SHALEH
sebelum kamu, JALAN MENDEKATKAN DIRI
kepada Tuhan, PENEBUS KEJELEKAN,
PENCEGAH DOSA, serta PENGHALAU SAKIT ”.
Subhanallah ! Demikian besarnya keutamaan
Shalat Tahajud. Marilah kita mulai rutin
lakukan !
Pelaksanaan : - Shalat malam sebaiknya
DILAKUKAN DI RUMAH, bukan di Masjid. -
Bacaan shalat malam BOLEH NYARING dan
juga BOLEH PELAN. - Jumlah rakaatnya
MINIMAL 2 rakaat, 4, 8, dst, tidak terbatas. -
Diakhiri dengan SHALAT SUNNAH WITIR 3
rakaat, ganjil.
2. Membaca & Mempelajari AL-QUR’AN ...
Rekan Muslim, terjadinya berbagai masalah
kompleks dalam kehidupan pribadi, keluarga,
organisasi, perusahaan dan bernegara,
terjadinya karena semua bersumber kepada
AL-QUR’AN TIDAK DIJADIKAN SEBAGAI
PETUNJUK dan PEDOMAN HIDUP.
Kinilah saatnya kita ”kembali untuk
mendalami” kitab yang bersumber dari Allah
SWT! (bukan karangan manusia !) tersebut.
Al-Qur’an sebaiknya dipelajari secara
SISTEMATIS, diungkap maknanya, digali
kandungannya dan isinya sebagai PEDOMAN
HIDUP. Bahkan secara transendental-
psikologis, Al-Qur’an harus didekati secara
emosional, MELIBATKAN PERASAAN dalam
upaya menyelami makna terdalam dan
hikmah tertinggi yang dimiliki.
”Dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah SWT
yang maha Pemurah kepada mereka, mereka
MENYUNGKUR, BERSUJUD dan
MENANGIS” (QS. Maryam : 58)
HR.Tirmidzi : ”Al-Quran adalah kitab Allah
SWT yang berisi SEJARAH UMAT sebelum
kamu, BERITA UMAT sesudahmu, kitab yang
MEMUTUSKAN/menyelesaikan urusan di
antara kamu, yang nilainya bersifat PASTI &
ABSOLUT. Siapa saja yang durhaka
”meninggalkannya” pasti Allah SWT akan
”memusuhinya”. Siapa yang MENCARI
PETUNJUK SELAIN AL-QUR’AN, PASTI AKAN
TERSESAT. Al-Qur’an adalah tali Allah yang
sangat kuat, PERINGATAN YANG BIJAKSANA
dan JALAN YANG SANGAT LURUS”.
Langkah yang sebaiknya kita lakukan adalah
dengan : - Membacanya - Mencatatnya -
Menghafalnya - Memahaminya -
Mengamalkannya
Perlu diingat, bahwa Al-Qur’an baru terbukti
menjadi petunjuk ketika ada KENYATAAN
DALAM PRAKTEK KEHIDUPAN kita. Agar
pendalaman Al-Qur’an yang kita lakukan
semakin berimplikasi positif bagi kita dan
manusia secara umum, maka dalam
MENGEKSPLOITASI isi, kisah, hikmah Al-
Qur’an seharusnya kita belajar kepada para
ulama yang sudah lebih awal dan lebih
panjang menadaburi Al-Qur’an termasuk
sejumlah tafsir dan karya tulis.
Sedemikian pentingnya sebuah kandungan
makna/isi Al-Qur’an, sampai Allah SWT
berfirman :
”Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya TUNDUK TERPECAH-PECAH
disebabkan TAKUT KEPADA ALLAH SWT.
Perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya mereka BERPIKIR ! ” (QS. Al-Hasyr :
21)
3. Shalat Shubuh Berjamaah di Masjid ...
Rasulullah SAW menyampaikan sebuah
hadits di hadapan para sahabatnya, ketika
menanyakan salah seorang jamaahnya tidak
terlihat dalam shaf shubuh berkali-kali :
”Sungguh, shalat yang PALING BERAT BAGI
ORANG MUNAFIK, adalah shalat Isya dan
SHALAT SHUBUH. Sekiranya mereka
mengetahui apa yang terkandung di
dalamnya, mereka pasti mendatangani
keduanya, SEKALIPUN DENGAN MERANGKAK
” (HR. Bukhari-Muslim).
Banyak ulama hadits menilai tentang
penjelasan hadits ini, di antaranya bahwa
untuk menilai seseorang apakah sungguh-
SUNGGUH BERIMAN atau malah MUNAFIK,
maka dapat dilihat shalat shubuhnya.
Shalat Shubuh merupakan satu di antara
shalat wajib 5-waktu yang mempunyai
KEKHUSUS-AN dan memiliki KEUTAMAAN
yang luar biasa.
1.Merupakan SHALAT PALING UTAMA yang
diwajibkan pada kaum Muslimin. (merupakan
shalat yang sejak awal disyariatkan tetap 2-
rakaat).
2.ADZAN shubuh berbeda dengan adzan
shalat wajib lainnya, dengan menambahkan
’Ash-shaltu khairum minan naum’ – ”shalat
itu lebih baik dari tidur, sebanyak 2 kali”.
3. Rasulullah SAW memberikan DOA KHUSUS
setelah shalat shubuh, yang berbeda dengan
shalat lain. Doa ini sebagai tambahan ’wirid’
penutup shalat.
Diriwayatkan oleh Abu Dzar RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda : ”Siapa
mengatakan setelah shalat shubuh, SEBELUM
MENINGGALKAN TEMPAT DUDUKNYA dan
BERBICARA SEDIKITPUN – La ilaha illallahu
wahdahu la syarikalah lahul mulku wa lahul
hamdu yuhyi wa yuhyi wa yumitu wahuwa ala
kulli sya in qadir - sebanyak 10X, maka akan
ditulis baginya 10 kebaikan, dihapus 10
kesalahan dan diangkat derajatnya 10 kali
lebih tinggi. Satu hari penuh ia terlindungi
dari suatu yg tidak disukai, terlindungi dari
syetan, tidak ada dosa yang pantas dianggap
sebagai dosa, kecuali syirik ” (HR.Tirmidzi).
Rasulullah SAW pernah menasehati Muslim
bin harits : ” Jika kamu shalat shubuh, maka
bacalah sebelum kamu berbicara –
Allahumma ajirni minannar (Ya ALLAH
lindungilah aku dari api neraka) – sebanyak
7X, maka jika kamu mati hari itu, ALLAH akan
menjauhkanmu dari api neraka ” (HR. Abu
Dawud dan Nasa’i).
4. Rasulullah SAW selalu MENYURUH
MEMENDEKKAN BACAAN shalat, KECUALI
SHALAT SHUBUH !Abu Barzah Al-Islami
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pada
shalat shubuh membaca 60 sampai 100 ayat
…..sampai sebentar lagi matahari terbit (HR.
Muslim).
5. Rasulullah SAW mempunyai BACAAN
KHUSUS SHALAT SHUBUH di HARI JUMAT !
Abu Huraira meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW membaca pada rakaat pertama SURAH
AS-SAJADAH dan rakaat kedua SURAH AL-
INSAN. Keistimewaan ini tidak terjadi pada
shalat wajib lainnya !
6. Shalat shubuh TIDAK BISA DI-QASAR dan
DIJAMAK !
Seperti yang juga kita pahami dari beberapa
hadits, pada saat shalat shubuh inilah
pergantiang malam dan siang dimulai. Pada
saat itu pula MALAIKAT MALAM dan SIANG
BERKUMPUL dan BERGANTI TUGAS.
”SHALAT BERJAMAAH LEBIH UTAMA dari
shalat sendirian sebanyak 25 kali lipat.
Malaikat penjaga malam dan siang
BERKUMPUL PADA SHALAT SHUBUH” (HR.
Bukhari).
ALLAH SWT berfirman : ”Dan dirikanlah
SHALAT SHUBUH. Sungguh, shalat shubuh
itu DISAKSIKAN OLEH PARA MALAIKAT” (QS.
Al-Isra : 78).
Ada lagi hal utama dalam shalat shubuh,
adalah – DUA RAKAAT SHALAT FAJAR
(shalat sunah sebelum atau qabliyah shubuh)
yang LEBIH BAIK DARI DUNIA & SEISINYA
(HR. Muslim). Rasulullah SAW
mengistimewakan shalat ini dengan
menggambarkan bahwa : ”Seandainya dunia
dan seisinya ini adalah sebuah kebaikan,
maka JAUH LEBIH BAIK 2 RAKAAT SHALAT
FAJAR YANG KITA KERJAKAN” !
Selain itu pula, SHALAT SHUBUH
BERJAMAAH DI MASJID bisa menjadi
PENERANG PADA HARI KIAMAT KELAK,
seperti yg disabdakan Rasulullah SAW :
”Berilah kabar gembira bagi orang-orang
YANG BERJALAN DI KEGELAPAN MENUJU
MASJID (untuk mengerjakan shalat shubuh)
DENGAN CAHAYA YANG TERANG-
BENDERANG (pertolongan) PADA HARI
KIAMAT ! ” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibn
Majah).
Dari semua pengetahuan kita tentang
keutamaan SHALAT SHUBUH BERJAMAAH DI
MASJID INI, kesombongan apalagi pada diri
kita yang akan menghalangi untuk
menjalankannya ?
4. Melakukan SHALAT DHUHA ...
”Wahai anak Adam, cukupilah aku dengan
melakukan EMPAT RAKAAT SHALAT DHUHA
pada pagi hari, maka aku akan MENCUKUPI
KEBUTUHANMU pada akhir hayatmu” (HR
Ahmad & Abu Ya’la).
Beliau berwasiat kepadaku tentang 3 hal,
yang sejak itu aku TIDAK PERNAH
MENINGGALKANNYA :
Pertama - Hendaknya aku tidak tidur sebelum
mengerjakan SHALAT WITIR
Kedua - Hendaknya aku tidak meninggalkan
dua rakaat SHALAT DHUHA (karena shalat
DHUHA adalah shalatnya ’awwabin’-orang yg
bertobat kepada ALLAH SWT serta
meninggalkan maksiat)
Ketiga - Hendaknya aku BERPUASA 3 HARI
setiap bulan  - (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)
Salah satu makna fungsional shalat DHUHA
adalah agar pelakunya MENDAPATKAN
REZEKI dan DIJAUHKAN DARI KEMISKINAN :
”Shalat DHUHA itu mendatangkan rezeki dan
menolak kemiskinan, dan tidak ada yang
memelihara shalat kecuali orang-orang
bertobat” (HR. Tirmidzi)
”Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 2
rakaat – dia TIDAK AKAN dicatat dalam
kelompok orang-orang yang LUPA.
Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA4
rakaat – dia dicatat dalam kelompok orang-
orang yang AHLI IBADAH.
Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 6
rakaat – pada hari itu segala kebutuhannya
DICUKUPI oleh ALLAH SWT.
Siapa yang mengerjakan shalat DHUHA 8
rakaat – maka ALLAH SWT mencatatnya
termasuk golongan yang TUNDUK dan
menghabiskan waktunya untuk BERIBADAH.
Dan, siapa yang mengerjakan shalat DHUHA
12 rakaat – maka ALLAH SWT
membangunkan baginya sebuah ISTANA
INDAH DALAM SURGA.Tidak ada dalam
sehari-semalam kecuali ALLAH SWT pasti
MEMBERIKAN ANUGERAH serta SEDEKAH
kepada hambaNYA” (HR. Thabrani dan Abu
Daud).
Subhanallah !
5. BERSEDEKAH ...
Maha suci ALLAH SWT, ZAT yang telah
membersihkan hati orang-orang beriman dari
sifat angkuh dan serakah. ALLAH SWT lah
yang menyelipkan ke sanubari orang beriman
perasaan iba, simpati sekaligus empati
kepada orang-orang yang lemah dan
membutuhakan bantuan, melalui bersedekah.
Bersedekah tidak harus besar, yang penting
dengan KEIKHLASAN.
Kita bersedekah TIDAK MENGHARAPKAN
BALASAN dari orang yang kita bantu. Kita
harus yakin ALLAH SWT lah yang akan
membalas.
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yg luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu)
orang-orang yang MENAFKAHKAN
(HARTANYA) DI WAKTU LAPANG & DI WAKTU
SEMPIT, dan orang-orang yg menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. ALLAH menyukai orang-orang yang
berbuat baik ” (QS. Ali Imran : 133-134)
” Perbandingan (balasan atau pahala) bagi
orang-orang yg MEMBELANJAKAN
HARTANYA DI JALAN ALLAH seperti satu biji
yg menumbuhkan tujuh cabang, di setiap
cabang menjuntai seratus buah, dan ALLAH
akan menggandakan (pahala) kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan ALLAH itu luas
(pemberian-Nya) lagi sangat mengetahui
” (QS. Al-Baqarah : 261)
”Siapa yang MEMBANTU MENYELESAIKAN
KESUSAHAN SESEORANG di dunia (lebih-
lebih lagi saudara sesama Muslim), ALLAH
PASTI MEMBANTU MENYELESAIKAN
KESUSAHANNYA DI DUNIA dan AKHIRAT
” (HR. Bukhari).
Berkah sedekah bisa sirna jika orang yang
bersedekah MENGUNGKIT-UNGKIT dan
SELALU MENYEBUT-NYEBUT sedekah itu
di depan umum.
Sedekah dapat MEMADAMKAN MURKA
ALLAH SWT
Sedekah dapat MEMELIHARA MANUSIA
DARI KEJAHATAN
Siapakah yang DIUTAMAKAN UNTUK DIBERI
SEDEKAH ?
1- ANAK YATIM, karena sebelum dewasa
anak yatim belum dapat mandiri. Mereka
adalah TITIPAN ALLAH SWT kepada hamba
lainnya yang mampu.
2- FAKIR MISKIN, yang perlu dibantu agar
dapat diberdayakan agar mandiri.
3- JANDA dan LANSIA, karena kehilangan
tulang punggung pencari nafkahnya, serta
kehilangan masa produktifnya.
4- YANG TERLILIT HUTANG
5- YANG TERKENA MUSIBAH
6. SELALU DALAM KEADAAN BERWUDHU ...
Banyak hadits yang sangat menganjurkan
untuk TETAP BERWUDHU WALAUPUN TIDAK
HENDAK MENDIRIKAN SHALAT.
Berdasarkan sunnah tsb, mulai generasi
sahabat hingga orang-orang shaleh,
senantiasa mereka MENJAGA WUDHU DALAM
SEGALA AKTIFITAS, baik dalam perjalanan,
membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, dalam
bekerja, ketika hendak tidur, termasuk
sebelum & sesudah berhubungan suami-istri.
BERWUDHU BUKAN HANYA DISAAT
MENGHADAP ALLAH SWT dalam shalat, tapi
juga ketika akan tidur – BERADA DALAM
KESUCIAN.
ALLAH SWT berfirman : ”Sungguh, ALLAH
menyukai orang-orang yg bertobat dan
mereka yang MENYUCIKAN DIRI” (QS. Al-
Baqarah : 222).
Abu Hurairah meriwayatkan RASULULLAH
SAW, bersabda : ”Pada hari kiamat, karena
bekas wudhunya (yang bercahaya). Siapa
ingin memanjangkan ghurram-nya silakan
lakukan” (HR. Bukhari).
”Siapa yang BERWUDHU (untuk
mendapatkan) KESUCIAN, maka ALLAH akan
MENETAPKAN BAGINYA DENGAN SEPULUH
KEBAIKAN” (HR. Abu Daud)
”Seseorang senantiasa DIANGGAP SEPERTI
DALAM KEADAAN SHALAT, asal dia tidak
berhadas (= buang angin)” (HR. Bukhari)
7. SELALU BERDZIKIR ...
Dzikrullah memiliki daya hidup.
Menghidupkan dan menyemangati jiwa yang
rapuh, melapangkan jiwa yang sempit serta
membangkitkan keyakinan bagi yang
mengalami kelelahan dalam menjalani
kehidupan.
DZIKIR yang UTAMA :
* La ilaha illallah wahdahu la syarika lah.
Lahul mulku wa lahu hamdu wa huwa ’ala
kulli syay’in qadir * Subhanallah wal hamdu
lillah wa ilaha illallah wallahu akbar *
Subhanallah wa bihamdihi * Subhanallahi wa
bihamdihi, subhanallahil azhim * (surah Al-
Fatihah)
Rasulullah SAW bersabda : ”Perumpamaan
orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan
orang yang tidak berdzikir, seperti ORANG YG
HIDUP dan ORANG YG MATI” (HR. Bukhari)
”Dan laki-laki yang BANYAK MENYEBUT
(MENGINGAT) ALLAH disertai dengan
perempuan yang banyak menyebut Allah,
maka Allah telah menyediakan untuk mereka
AMPUNAN & PAHALA YG BESAR ” (QS. Al-
Ahzab : 35)
”Maka apabila kami telah menyelesaikan
shalat, INGATLAH DI WAKTU BERDIRI, DUDUK
maupun BERBARING ….” (QS. An-Nisa : 103)
”Karena itu, INGATLAH KALIAN PADA-KU,
niscaya Aku pun akan ingat pada
kalian…” (QS. Al-Baqarah : 152)
”INGATLAH TUHANMU SEBANYAK-
BANYAKNYA dan BERTASBIHLAH dengan
memuji Tuhanmu di waktu petang dan pagi
” (QS. Ali-Imran : 41)
Pribadi yang BERDZIKIR :
Setiap KALAMNYA adalah DAKWAH
Setiap DIAMNYA adalah DZIKIR
Setiap NAPASNYA adalah TASBIH
Setiap PANDANGAN MATANYA adalah
RAHMAT
Setiap SUARA TELINGANYA selalu TERJAGA
Setiap PIKIRANNYA adalah BAIK SANGKA
Setiap GERAK HATINYA adalah DOA
Setiap SENTUHAN TANGANNYA adalah
SEDEKAH
Setiap LANGKAH KAKINYA adalah JIHAD
Kekuatannya adalah SILATURAHMI
Kesibukannya adalah ASYIK MEMPERBAIKI
DIRI
Kerinduannya adalah TEGAKNYA SYARIAT
ALLAH SWT
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan
yang bermanfaat dan bernilai ibadah.AMIN.
Wallahu a’lam bishawab.
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan
dari Allah.....

PEJUANG SUBUH

Pada suatu subuh ketika aku hendak pergi ke mushola di seberang rumahku,untuk mengumandangkan adzan Subuh ,tatkala hendak menyeberang jalan, tiba-tiba kakiku digigit oleh seekor ular kecil berwarna agak kehitaman, awalnya tidak terasa sakit, aku pun terhenti sejenak dan sempat berpikir, apakah ini ular berbisa, tiba-tiba mulai kurasakan sakit, jantung ku pun berdetak tidak karuan,dan dibenakku terpikir apakah aku akan mati, akupun berpikir hendak balik kerumah lagi  tapi tiba-tiba hati kecilku berkata"kalau aku balik kerumah, nanti tidak ada yg adzan subuh , kalau aku kemshola nanti bisa tambah parah kalau tidak diobati," dan kakiku pun, mulai bertambah sakit, aku pun terdiam dan masih berpikir, lalu terlintas dibenakku "seandai mati/wafat dalam perjalanan menuju kebaikan, InsyaAllah dihitung mati syahid" dan disitu aku bulatkan tekad, langsung ku berpaling menuju mshola dengan berjalan setengah pincang karna kakiku mulai terasa sakit, ketika hendak adzan aku berkeringat dan jantung ku semakin berdetak kencang tidak karuan, lalu kutarik nafas panjang 3x,dan akupun mulai adzan, setelah adzan aku berdoa, karena pernah membaca di sebuah tulisan, doa setelah adzan itu mustajab, setelah aku berdo'a, "Ya Allah, seandainya hamba masih bermanfaat untuk Mu, hidupkan hamba, tapi seandainya sudah tidak bermanfaat lagi buat engkau, hak Mu Ya Allah untuk mengambil hamba," air matapun menetes, lalu kukerjakan sholat sunnah,pada saat mengerjakan sholat sunnah, tidak kurasa sakit sedikit pun pada kakiku yg bekas digigit ular tadi, dan setelah itu teringat kata dari murobbi tercinta KH. Ustadz Muhammad Arifin Ilham,  yang beliau dulu juga pernah digigit ular, kata beliau tindakan pertama yang harus dilakukan adalah sedekah, karna sedekah itu menolak bala, dan bala yg paling besar ialah kematian,yg kedua minta maaf kepada orang tua dan para sahabat, dan salah satu kebiasaan yang di ajarkan guru saya berinfaq setiap subuh, walau tak seberapa tapi rutin, juga kemaren untungnya di saku ada membawa handphone, jadi kusempatkan menulis status di facebook untuk meminta maaf kepada kawan , dan menyampaikan maaf kepada kawan sahabat yang lain, dan kuteringat juga jikalau membaca asmaul husna itu dapat memanjangkan umur, dan kusempatkan untuk membaca, dan kuselipkan doa, karena berdoa dengan nama Allah itu mustajab (QS. Al-a'raf:180):,dan Alhamdulillah Allah  Ijabah,
Sungguh Sahabat, Jika Kita Benar-benar Sungguh-sungguh Taat kepada Allah, Maka Allah pun akan menolong kita disaat sempit
SubhanAllah,...
Terimakasih Ya Allah Engkau Telah Beri Hamba Kesempatan Kedua Untuk Terus Hidup Dan Memperbaiki Diri, Semoga Bisa Menjadi Penyemangat Untuk Terus Taat Di Jalan Allah
#SalamPejuangSubuh